Selasa, 22 Desember 2009

from Seminar WPP to Koin Keadilan




Panas terik membakar kulit saya. Waktu menunjukkan pukul 9.30 di hari Minggu, 20 Desember 2009. Yak! memang agak aneh, bulan desember yang seharusnya sudah mulai memasuki musim hujan tetapi hari itu, Minggu itu matahari terasa pol-polan menyinari Halte shuttle bus BSD, tempat saya dan letysia janjian ketemu, membuat saya yang udah dandan kece pun luntur kena keringat kepanasan (ahahahah).


Minggu itu saya dan teman saya itu janjian mau mengikuti sebuah seminar di Atma Jaya. Seminar World Press Photography (yang pamerannya diadain di Pacific Place). Sudah lebih dari 20 menit saya menunggunya dihalte bus itu, hingga akhirnya pukul 9.55 dia baru sampai di tempat.


Kami tidak menggunakan Shuttle Bus untuk pergi ke Atma Jaya, tapi kami menggunakan Kereta dari stasiun Rawa Buntu menuju Stasiun Tana Abang yang dijadwalkan pukul 10.00.


"Sori git, gw telat"


"gak papa, tapi masih ada gak ya keretanya?"


Dan melaju lah kita dengan motor masing-masing, saya dengan Honda Beat saya dan Lety dengan motor dia sendiri (hahahah, cuman tau merek motor sendiri).


Ternyata sodara-sodara, kita ketinggalan kereta, kita sampai di stasiun pukul 10.05 (Ckckck, ternyata di Indonesia masih ada alat transportasi yang on time! terharu rasanya hingga ingin nangis, hix) dan kereta yang sama ada lagi 1 jam lagi (Fuh! Tuhan, mau mandiri aja kok saya dibikin repot sih!).




Atma Jaya


Akhirnya kami sampai juga di Atma Jaya dengan muka sudah agak lusuh dan perut yang super lapar (entah mengapa semenjak memakai kawat gigi, perut saya jadi sering lapar! Kayaknya niat saya pake kawat gigi untuk ngurusin badan is imposible) pada pukul 11.40, sedangkan seminar mulai jam 13.00. Untuk menanggulangi perut saya yang udah gak santai mampus itu, maka saya makan makanan yang dijual oleh pihak panitia. Makananya kecil-kecil sebesar upil tapi harganya gak reasonable banget, alias mahal banget. Tapi mau gimana lagi saya juga gak tau mau makan apalagi, jajanan di luar kampus gak ada yang bisa dikunyah sama gigi kawat saya.


Oh ya! yang hadir di seminar gak cuman saya dan letysia saja dari UMN. Tapi, tidak lama datang juga Ocha dan Chika, anak fotografi juga angkatan ketiga a.k.a angkatan 2009.


Mengenai Seminarnya sendiri, sangat bagus. Walaupun awal seminar sejujurnya saya merasa gak nyambung sama tema "Photographer in frontline" tapi ternyata isi seminarnya tentang jurnalis dalam menghadapi trauma. Oke! mungkin itu ada hubungannya dan sangat terkait kuat. Tapi itu semua diluar expetasi saya yang berharap mendapatkan bagaimana sikap seorang fotografer dalam menghadapi bahaya atau krisis yang ada di depan mata? Bagaimana harusnya sikap fotografer memilih menolong atau mengambil gambar terlebih dahulu dalam melihat seseorang dalam bahaya? Apa yang mendasari fotografer jika memilih mengambil gambar dulu atau menolong dulu? Terus adakah sebuah literatur tersendiri tentang kode etik jurnalis atau fotografer yang berada di medan perang? hal-hal seperti itu yang sangat saya harapkan dari seminar itu. Tapi nyatanya hal-hal tersebut sedikit sekali disinggung bahkan kebanyakan memaparkan trauma-trauma macam apa yang terjadi pada si jurnalisnya. Dan sejujurnya hal-hal seperti itu sudah sering saya dapatkan dari kelas Pak Ign. Haryanto atau kelas Pak Ambang Priyonggo di kampus. Bahkan, lebih komprehensif.


Nah, tema kedua adalah monochrome: black and white photography. Banyak hal yang saya dapatkan dari seminar yang kedua:


-RAW is better dan JPG


-"kalo mau black ya black, kalo mau white ya white. Jd gak ada istilah grey dalam fotografi"


-"foto fullcolour spt film hollywood 3D dgn surroundsound sehingga tanpa berpikir kita dapat mdapatkan maknanya, sedangkan foto hitam putih itu seperti film bisu, tp sekali kita mengerti maka kita akan byk makna yg kita dptkan" <-- Goddamnright, i love BW photo!


-"Konflik dan kontras adalah hal yang paling penting dalam sebuah foto!"


seusai seminar itu, rencananya, dan memang seharusnya kita ke Pacific Place. Tapi yang terjadi kita malah jadinya ke




EX: Hard Rock Cafe, Konser Koin Keadilan


sedikit tulisan yang mengambarkan latarbelakang, motivasi, visi misi saya datang keacara itu:


Memang harus saya akui saya memang "ngebet banget" dateng ke acara ini, tapi itu juga ada alasanya yaitu:


1. saya peduli dengan kasus prita mulyasari, karena kebetulan saya mempunyai proximities dengan RS. yang dimaksud.


2. Yap! saya adalah seorang stalker. dan kali ini korban stalker-an saya adalah Tommy Tjokro!


Sudah sejak lama saya men-stalker kehidupan Tommy Tjokro melalui twitter, dan 2 minggu yang lalu saya baru tahu kalo akan ada acara konser keadilan untuk prita melalui twitnya tommy. Dan disitu saya juga mendapatkan informasi kalo dy dan timothy marbun akan menjadi salah satu (dari sekian banyak) mc yang mengisi acara tsb.
Hahaha, dan kebetulan pada saat acara diselenggarakan saya dan Lety sedang berada di Atma mengikuti seminar fotografi (yang menjadi pekerjaan sampingan saya selain menajdi mahasiswa dan penjahit, hehehe). sejak awal saya tahu kalo itu bakal diselenggarakan di Hard Rock Cafe,Jakarta tapi seingat saya ada lebih dari 1 hard rock cafe di Jakarta ini. Makanya saya awalnya urung karena saya juga gak tau mesti nanya ke siapa? dan juga saya udah janji sama diri saya sendiri untuk tidak pulang malam!
CURIOSITY
oh ya saya belum pernah cerita kenapa saya dalam tanda petik "ngefans" sama tommy tjokro. Jadi begini, dari awal saya gak suka nonton metro tv, muka pembawa beritanya serius bgt. Kayak lagi nahan kentut yang udah disimpan dari tahun lalu. Hingga akhirnya semester ini saya dapat kuliah Komunikasi Massa. Dosen saya salah satu produser metro tv di program Metro Hari Ini, saya akui dosen saya itu rada tampan. Dan mungkin karena dia produser disana makanya mukanya gak kayak nahan kentut (malah lebih kearah diare malah! hahaha). Nah, si dosen tampan ini ngasih tugas libur lebaran untuk membandingkan 2 program berita, hal ini untuk membuktikan salah satu teori maskom (maaf saya lupa teori apa) yang pokoknya isinya, bahwa dalam satu kejadian 2 media yang meliputnya secara langsung akan mengemas secara berbeda. Dan sebgai bahan riset saya ya, saya bandingkan program berita di Metro tv dengan ehm program berita di Tv One (janagn tanya hasil riset saya! pokoknya jangan, sebgai calon wartawan saya disuruh untuk tidak berpihak! hehehe) nah itulah awal pertemuan saya dgn tommy tjokro yang berada di layar kaca, meliput korban bencana gempa di Padang (sedikit info saja, waktu kejadian gempa di Padang, saya baru 2 hari berada dirumah sepulang dari padang dan hell yeah! saya urang awak). 9 tahun metro tv berdiri, 6 tahun (atau berapalah saya gak tau pasti) tommy tjokro beredar tiap harinya di layar televisi, baru hari itu saya tahu kalo ada anchor yang selain dia berwajah sangat tampan, dia juga sanagt kredibel dalam melakukan reportase.


Tapi bukan itu yang bikin saya nge fans.Maksudnya, oke mungkin saya suka karena wajahnya dan suaranya yang friendly kayak remaja baru selesai puber. Tapi sebenernya yang bikin saya (kalo istilah di lagu sherina) Geregetan adalah ternyata beberapa teman saya yang kalo saya ceritain ttg ke-suka-an(dalam istilah yang labil) dengan tomtjok mereka langsung ngerespon begini,


"ih gw pernah ketemu tu ama dy, palingan tingginya cuman sebahu lu ta! pasti lo ilfil"


dan adalagi yang bilang, "bagus ta lo suka tomtjok, tapi lewat tv aja ya liatnya, kalo asli nya si pendek tapi keker kesannya bantet"

Tapi dari semua respon itu gw cuman bisa menjawab "Kayaknya tommy gak gitu de" (dengan nada dan gaya iklan jaman dulu). Dari yang cuman suka-suka doank (lumayan jadi punya motivasi untuk tidak nonton spongeabob mulu) melihat respon yang lebay diatas gw pun jadi"sumpah mati aku jadi penasaraan" sama Tommy Tjokro. Dan Tada!!! jadilah gw berada di konser keadilan ini. ahahahahah
dan menurut pendapat saya pribadi (dan setelah melalui pembuktian langsung berupa foto bareng)


TOMMY IS NOT THAT SMALL. tinggi kita hampir sama yo guys! Tinggi gw (dengan tidak bermaksud sombong) 172 cm dan hasil foto menyatakan tinggi gw sama kayak tinggi dia. atau mungkin dia pake high heels, gak mungkin kan? atau mungkin gak gw yang menciut, gak mungkin juga kan?




*foto menyusul




And the coolest event di penghujung tahun 2009 pun dimulai..


waktu kami (saya, Lety, Ocha, dan Chika) datang kami disambut dengan suara nyaring fitrop dan Indrabekti yang sedang menjadi MC. Dan menurut saya acara yang digagas oleh Adib Hidayat melalui media twitter benar2 awesome. Kabar terakhir yang saya dengar kalau dari acara itu sendiri sudah terkumpul lagi 3oo jutaan. Waw! Diluar kepenasaran saya tentang :"Akan digunakan untuk apakah sisa uang yang segitu banyak, mengingat Prita hanya dikenakan denda 204Juta?" saya merasakan atmosfer yang berbeda dari acara tersebut. Atmosfer yang tidak akan didapatkan dari konser manapun. Yaitu atmosfer kebersamaan dan solidaritas yang luar biasa tak terbendung. Terlihat keterlibatan banyak sosok dari selebriti sampai mantan penjabat negara, yang hadir dan mengisi acaranya (yang katanya) tidak dibayar se-sen pun untuk acara tersebut. Acaa ini (menurut saya) lebih dari sekedar sebuah simbol tapi lebih kepada cikal bakal atau embrio dari gerakan masyarakat yang kritis terhadap pemerintah.


Bottom line salut dengan acaranya.


Dan berikut foto2 yang saya abadikan:








sedikit narsis

dari kiri ke kanan: Chika, Ocha, Gw

Tidak ada komentar:

Posting Komentar