Sabtu, 26 Oktober 2013

I DON'T KNOW

G: "Sometimes i just don't know what i feel and my world seems better that way"
F: "you know what you feel, you just don't admitted that exist!"
G: "Pfftt, FEELING, i don't know if people still use that!"
F: "Still, and among us, you use them often"
G: "Yeah, i use them often, correct, of course you know me better than myself" (wink) (sarcasm)
F: "You just don't admitted, and the real question is, why you don't admitted?"
G: "First, because i have nothing to admit, second, i hate feeling, i use them once, and i admitted so bravely, and, you know, people ruin it! It broke me! And i hate to see myself broken. That's why!!"
F: "People always gonna hurt you, and don't admitted just gonna hurt you more"
G: "Ehm... no i am not! People use other people as their station. People are basically a traveler, they love to leave as much as they said they love to stay, so, why you wasting yourself with use some sort of feeling and you know it's gonna hurt you because you actually sure that they are not staying long enough for you. Why you just enjoy the time, admit nothing, and see the next stop together, and leave each other."
F: "What if you are stuck each other? What if your own station became someone's home, and so on contraire?"
G: "......... i don't know about that........."


-Y! Messenger chat, Saturday, 25 October 2013, 1.45 am until 2.30 am (translated in English), and i just want to sleep.

Kamis, 10 Oktober 2013

My heavy head

I am just sober from my highest night.
I remember everything i have done, but i don't remember why.
Its already 8 am in Thamrin, Central Jakarta.
I open my message box, with something bad feeling
"Again? Damn it!"
I randomly tipsy texting you again.
This time, i feel no guilty!
I do really miss you.
I throw my phone and prepare myself to work.
I just finish with my eyeliner when you send and text message

"Haha, i'm sorry! I was on plane last night!"

On plane?
What plane?
You promise to tell me when you will left, right?

"Where did you went by plane?"
"London. But i'm still in Abu Dhabi waiting for my flight"
"You in Abu Dhabi right now?"
"Yeah! Kind of"
"You already go to London?"
"Yes"
"Without saying goodbye?"
"Ohh yaaa sorry about that!"
"But you promise"
"Yeah, and i forget! Sorry"

I am tired.
Exhausted.
I know i'll be fighting alone for us!
But, i never know it will be this exhausted!
My eyes getting wet. And my bone breaking down.
My heavy head, getting heavier than before.
My heavy head, sinking me down to mother earth.
My heavy head, killing me and everything about you.
My heavy head.. O... My head

Senin, 07 Oktober 2013

Life of sist



"Hai, sist!"
"Apakabar,sist!"
"Eh lo tau enggak sih sist!"
"Ya ampun, itu beneran sist?"

Layaknya panggilan sok akrab lainnya "sist!" udah jadi panggilan common buat beberapa golongan masyarakat. Well, temen saya dari sebuah stasiun berita televisi bilang sih kayak "sosialita". Well, karena saya bukan sosialita jadi saya enggak tahu sih bener apa enggak bya, yang pasti "sist!" Itu biasa di pake sama orang-orang online shopping kepada pelanggannya.

"Sist" sendiri adalah kependekan dari "sister". Kalau kata orang daerah "kita samua basudara", tapi kalau dalam bahasa temen saya yang cong "kita kan sisterhood, banget". 

Dalam kata sist ada banyak makna yang tersirat, bisa jadi kata untuk mengakrabkan diri kepada orang yang baru kenal atau berusaha merendah setelah bikin salah sama orang lain. 

Contohnya kayak yang sering saya lakukan deh waktu ketemu sama orang yang baru saya kenal , "hai, sist! Saya Gita dari majalah ...." Tapi penggunaan "sist" saat perkenalan harus perhatikan lawan bicara juga. Jangan pula orang yang punya jabatan Mentri dan usianya udah seumuran sama mama kiyta di panggil sist. Mengutip bahasa bencong ibukota "duuh drop saayy".

Contoh lainnya yang paling sering digunakan oleh temen-temen AE majalah saya, permohonan maaf, 

"Sist, apakabar? Sorry bangget deh tapi kayaknya yang liputan xx itu harus di pending dulu deh, sorry ya sist!"
"Yaahh tapi kan udah di layout tuh, udah approval editorial manager lagi"
"Duh gimana doongg, soalnya iklannya drop sist! Bisa dong, ya sist!"
"Hmmm"

Well itu percakapan karangan saya sih. But i think it happens a lot to printed media people lah yaaa sist!

Orang-orang yang biasa menggunakan kata-kata ini biasanya orang yang sangat suka bergaul tapi enggak terlalu suka menjalin relasi.

Mereka banyak menggunakan kata ganti "sist!", "say", "bro", "keleus", untuk mempercantik komunikasi yang sedang mereka lakukan. 

Kenapa harus dipercantik? Karena untuk bisa berkomunikasi dengan enak dan menyenangkan dengan orang lai itu butuh waktu, dan kebanyakan orang malas membuang waktu untuk membangun relasi. 

Karena, gimana yaa? Teknologi makin canggih. Informasi makin cepat untuk didapatkan. Sehingga pola pikir dan pola hidup manusia yang mengonsumsinya juga ikut kebawa. Manusia 2013 lebih to the point, yang penting cepat, tapi tetep menjaga tata krama dan keasyikan dalam berkomunikasi. Makanya kan kata "sist" ini digunakan oleh penggiat online shopping, betul enggak, sist?


-beachwalk, Kuta, Oktober, 2013

Minggu, 06 Oktober 2013

Free breakfast

"You so nice"
"Thank you"
"Why?"
"Why, what?"
"Why you are so nice? What so you get for beigg nice?"
"Uhmm... Let me think... *cut a slice her pancake and drink her orange juice* ooohh.. I got free breakfast"

Free breakfast

"You so nice"
"Thank you"
"Why?"
"Why, what?"
"Why you are so nice? What so you get for beigg nice?"
"Uhmm... Let me think... *cut a slice her pancake and drink her orange juice* ooohh.. I got free breakfast"

Sabtu, 05 Oktober 2013

--

Why am i obsessed with death?

Mmmm

Enggak ngerti yaa.. Saya punya pemikiran kalau kehidupan akan lebih ringan dijalani kalau kita tahu kapan kita mati.

Kita bisa prepare perpisahan yang menyenangkan dengan matang.
Sehingga tidak ada satupun orang yang merasa ditinggalkan.

Is not good feeling to get left behind!
Really not good!

Time will heal

Lima tahun. Dan dia masih tak bergerak. Sergapan penyakit itu perlahan-lahan merontokan tubuhnya. Membunuhnya dalam diam.

Kebisingan pesisir Bali seakan sanggup menelan bulat-bulat penderitaannya.
Tanpa teman.
Tanpa lembaran halaman.
Ia menyerahkan kulit pucatnya kepada panasnya matahari.
Berharap mati.
Dengan cara yang paling ia nikmati.
Terlelap di pantai ini.

"You want surf ma'am?" seorang berbadan tegap hitam bertanya di hadapannya menghalangi mataharinya.
Untuk kesebelas kalinya ia harus memberikan senyuman sambil menggelengkan kepalanya kepada salah satu penjajak papan seluncur pantai ini.

"Where do you come from ma'am, Japan? Thailand?" Tanya pria itu tak mau enyah dengan tolakkan halusnya.

"Jakarta, bli" ujarnya sambil tersenyum.

"Ohh..." Jawabnya yang langsung memutuskan duduk disampingnya.
Saat itu ia sedang ingin sendiri,  enggan berkomunikasi.
Tanpa ia sadari justru kesendiriannyalah yang mengundang banyak mata ingin menemani.
"Refreshing atau kerja?"
"For both!" Jawabnya dengan mata terejam terhalang oleh kacamatanya.
"For how long?"
"Senin saya pulang" 

"Sendiri di pantai memang bagus untuk menggilangkan stress"
Kali ini ia hanya menimpali dengan melekukan bibirnya. Berusaha tersenyum.

Ada jeda panjang sebelum si penjajak papan seluncur itu kembali menariknya untuk bercakap-cakap.

"Tidak suka basah-basahan?"

"Nope. Saya suka. Hanya sedang tidak ingin aja."

"Iya lah, mana ada diver yang benci basahnya air laut"

Sedikit terkejut, ia pun menegakkan kepalanya.

"Cuman karang laut yang bisa bikin goresan sepanjang itu" ujar sang penjajak papan seluncur menunjuk ke salah satu luka di betisnya.

"Saya tenang tiap lihat isi laut"

"Lukanya sepadan dengan keindahannya ya"

"Yap!" Jawabnya diiringi dengan gelak tawa pertamanya di pantai ini.

"Memang suka sendirian?"

"Saya memang jarang punya teman"

"Oh ya?"

"Lagipula saya senang menghabiskan waktu dengan diri saya sendiri. Enggak deh! Saya memang sudah tergila-gila pada diri saya sendiri" ujarnya sambil bercanda.

"Haha. Menarik"

"Menarik? Atau gila?"

"Sakit, mungkin lebih tepatnya. Semoga Kuta bisa sembuhin kamu ya, mbak" ujar si penjajak papan seluncur.

Ia hanya balas dengan senyuman.

"Banyak orang yang mencari ketenangan ke sini, padahal yang mereka butuhkan justru kesembuhan"

Ia diam menyimak penjabaran si penjajak papan seluncur.

"Tapi ia harus mau terima dulu penyakitnya. Dan siap untuk disembuhkan"

Kali ini ia tidak tersenyum. Ia sedang malas di ceramahi.

"Memang saya terlihat jelas sedang sakit?"

"Tidak sehat! Tapi bisa disembuhkan kok"

"Oh ya?"

"Let time heal. Not kill. That simple"

Kali ini ia kembali tersenyum. Tapi lebih terlihat bahagia. Ia dan si penjajak papan seluncur terlihat asyik berbincang. Tanpa ia sadari matahari sudah cukup turun membuat si penjajak papan sluncur mengajaknya minum di sebuah bar di jalan Poppies. Ia pun tahu kalau si penjajak papan seluncur bernama Iwan.

"Ayo lah kita senang-senang. Tertawa. Menangis. Its okay to be sad. But allow yourself to feel allright. Lihat , kulitmu sudah tidak sepucat tadi. Sudah lebih terlihat hidup."

"Ini matahari yang bakar kulit saya"

"Matahari buat kamu terlihat hidup"

Dalam perjalanan, telfon yang selama ia kantongi berdering. Seakan melihat sang enciptanya, ia pun memutuskan berhenti melangkah dan menjawab panggilan.

Iwan melihatnya mengangkat telpon dari jarak beberapa meter di depannya. Iwan lihat ada senyuman. Tangisan. Lalu gelak tawa. Iwan seperti melihat apapun jenis penyakit yang menghinggapinya perlahan-lahan pergi. Iwan melihatnya menutup telfonnya, dan dengan langkah berat ia menghampiri Iwan.

"Wan... I am ready to be alive. Again"

Iwan menatapnya dengan skeptis...

"Are you sure? Its gonna be..."

"... Hurt. Sad. Jealous. Pain. Cry. Laugh. Happy. Fly. Lets do that all over again"

"Wow.. Congratulation. First round is my treat!"

Ia pun mengarah kesebuah bar dengan bendera Australia di depannya.

Suara gelak tawa dari beberapa turis Australia dan dentingan gelas yang beradu membaurkan suara langkahnya dengan Iwan.

Langkah pertamanya menuju kematiannya. Ya. Telfon tadi bukanlah telfon yang membebaskannya dari penyakitnya. Tapi setidaknya kini ia sudah  menerimanya. Menerima kalau dirinya telah kehilangan waktu. Tapi kali ini ia tidak akan membiarkan dirinya kehilangan kehidupannya. 


Sabtu, 21 September 2013

THE WEEKEND

one by one, the light over my head is gone,
left me with some tall shadow over my feet,
Down in a hallway, i am waiting for you to come,
"i'll be there, just wait for me," as you said,
and here i am waiting...
wasting my Sunday evening...
in some black hall stall,
with stranger eyes starring me on,
its eleven pm and i still can't find you in a haze,
i am scared if that story start to make sense,
this story who bring uncertainty feeling for me,
the story that i only have you in the city,
the story that i only have you in Monday to Friday,
the story that i only have you from nine am to eleven pm,
the story that i only mystery box in your real life,
in your real life, which is not including me.

I am just such a fool when i came to this city,
full of hope and big dream as i graduate my master degree,
got a real job and real paycheck,
and no matter how shitty my life is, i always have "lost feeling" in the middle of the journey,
and then you come and guide me to this senseless building jungle.

How do i know if a simply smile and simply "hi" can lead you in complicated restaurant check and confidential room service,
my friend said, "that's what people do in this city." We work our ass off from nine to five and then we jump to some other lap and earn some releasing orgasm. "Everybody does that. we are like a giant group of horny dog. We fuck'ed up but we fine!"

But that what makes you special in this story,
you make a my lunchtime like romantic dine,
makes my chick-flick drama like a festival movie,
you makes the cheesiest jokes sounds like professional stand up comedy,
you makes this city like old romantic France which is flood by poet and romance rather than a giant group of horny dog.

Then, one time, i asked you something,
"how about we have weekend together," i asked
"i think i can't make it baby, how about next weekend," you said.
And i just agree but disappointed silently.

It was a year ago,
and we still remain the same,
never have some weekend together,
but we have something together on the weekday,
Then i feel so tired about whatsoever this things happen between us,
my friend send me a picture with words that tell "weekend, the only time when your lover back to their wife arms."
At first i feel nothing,
because i think she just a big jealous whore,
she married who can not satisfy her and she annoy others joy,
i don't give a shit what she thinks,
but the boredom comes, suddenly the thrill, the excitement, the joy in whatsoever happen between us is already come in fade.
We eat, we laugh, we kiss, we fuck, we wake up, we make up, we work, we eat, we laugh, we fuck , we wake up, and so and so and so..

I give up,
I dare you to meet me this weekend,
"if we not meet this weekend, its better for us to not see each other again, forever," i said when i text you in Saturday morning.

Then you agree to meet me on Sunday evening,
in this some random place a cross the train station,
the noise every single half hour almost damage my hearing,
i can not hear anything unless the friction noise between railways wheels and its railroad,
every chattering noise just became a back sound of ending of my whatsoever relationship,
And its already eleven pass fifty five when i see my phone to read a text message, its from my friend, who always jealous with my orgasmic secret love life.
"That bastard left me to another whore, i hope he died right away," said her.
suddenly i feel pity on her,
she just a woman,
she just want to be a perfect woman,
she married in very young age,
so people will not called her late on marriage,
she married this very workaholic and so goddamn rich man,
he so stable, but he so imperfect,
he could give her every single detail of her fairy tale fantasy except the joy of sex,
she think her husband gay or something,
instead of found out what happen, she choose to find her desire inside others men pants,
she just as lonely and fuck'ed up as i do.

It take some minute for me to give up on you and every single men in this planet when my phone shows eleven pass fifty eight,
until some black beautiful car stopped after me,
and i see you inside that thing,
you come out with very nice black leather jacket but your face looks like a mess,
i smile when you come,
and you smile back,
you grab my hand, pull my waist, and kiss me tenderly,
we already pass the weekend when we stop kissing,
and you whispering me something,
"now you had me on weekend... and every single day on your life,"
i feel something warm in my face that makes me unable to hold any tears in my eyes,
i feel like i just won some battle that i never applied for,
i feel like a champion in nowhere league,
i don't know what to say, but this weekend, it's a good weekend!

GITASENTRIS

Sudah lama banget rasanya saya nulis di blog ini.
Walaupun kebanyakan untuk curhat sampah enggak jelas, saya merasa blog ini membantu saya dalam menulis (segala puji kepada Evan Williams dan penemuannya ini).

Nah, jadi di Sabtu yang langka ini (saya sebut langka karena saya memutuskan untuk tidak kemana-mana dan menghabiskan waktu sesiangan bersama mama merapikan kamar saya yang lebih mirip pertenakan coro ketimbang tempat beristirahat)
 saya menyisikan sedikit waktu saya, yang sedang berkumpul dengan keponakan saya yang swag ini, untuk kembali menulis.

Tapi menulis apa ya?

Kalau kebanyakan orang menulis soal band yang mereka suka, pesta yang mereka datangi, foto inspiratif yang mereka gilai, sebagai orang yang sehari-harinya menulis kehidupan orang lain, saat ini saya lagi dalam mood menulis tentang diri saya sendiri (well, sebenarnya memang inti blog ini adalah tong sampah cerita saya sendiri).

Tentang saya!
Saat ini saya sudah kembali bekerja di salah satu majalah MRA Media. Saya bekerja sebagai feature writer di HELLO! Indonesia. Sejauh ini menyenangkan. Saya menikmati setiap drama yang mereka suguhkan ke dalam hidup saya. Dan drama yang saya suguhkan tiap bulannya kepada pembaca saya. Yap! Saya bekerja di majalah dengan orientasi selebriti. Majalah ini saja memiliki tagline "more than just celebrity news" Anyway, pekerjaan ini cocok untuk saya yang sedang ingin menjalani kehidupan di dua dunia. Satu dunia lifestyle entertainment dan satu dunia akademik. Yap! Per bulan dua september lalu saya resmi menjadi mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia di jurusan Manajemen Komunikasi. Dan di minggu ketiga ini saya sudah banyak kehilangan waktu tidur. Hilangnya waktu tidur saya sukses membuat kantong mata saya kehitaman dan jerawat merajalela. Yap, bukan tipe wajah yang ingin saya tampilkan ketika bertemu jodoh saya.
Well, yes, kembali lagi keurusan jodoh. Di usia saya yang resmi dua puluh tiga ini, mama sudah mulai mewanti-wanti agar saya membawa si calon jodoh ke rumah. Enggannya saya untuk pamer pria terdekat ke mama enggak membuat dia mati langkah. Beberapa anak kenalannya dan pria minang lainnya satu persatu mulai diperkenalkan kepada saya. Demi Tuhan! mau meledak rasanya.

Jadi kalau boleh di recap hidup saya ini sedang dalam proses pencarian ketenangan karier-akademik-jodoh. Ketiganya seakan perlahan ingin membuat mati di perjalanan usia yang semakin tua nanti.
Saya enggak tahu apa yang akan terjadi saat usia saya dua puluh empat atau dua puluh lima nanti.
Yang pasti, dalam diam saya ingin pelan-pelan menikmati.
Dengan tiap hari pulang dini hari,
kumpul-kumpul asik dengan segelas martini,
atau sekadar haha hihi walau hanya di mekdi.
Ya, saya takut akan masa depan nanti,
tapi saya lebih takut kalau hari ini tidak sanggup saya nikmati,

Oh ya,
kalau-kalau saya jarang mengupdate blog ini,
karena social networking lain sukses membuat saya jatuh hati,
terutama instagram,
kalau ada waktu boleh kok lihat-lihat kehidupan saya yang gitu-gitu aja di http://instagram.com/gadinda
terimakasih

penemuan beharga pas beresin kamar. Sepatu jaman kuliah yang bisa banget di pake nih!

suasana meja kantor baru. Ada joe taslim-nya kumisan. Cakep.



Minggu, 12 Mei 2013

GOOD LUCK BRO!

Di tiap awal percakapan saya dengan orang baru saya selalu exciting, tapi di akhirnya saya selalu kecewa, karena mereka bukan kamu.

Iya kamu!
Masih kok, bahasannya masih kamu, kamu, juga.
Emang hidup saya kayaknya ditakdirkan untuk bisa mikirin kamu.
Saya dulu pernah komit, saya bakalan kontak kamu lagi setelah saya naik ke pelaminan, saya mau nunjukkin kalau saya tuh move on banget sama kamu.
Tapi, punya komitmen aneh sama orang "aneh" kayak kamu tuh bener-bener total failure banget ya?
Kamu ternyata udah lebih siap ninggalin saya!
Kemana? London?
Saya harap kamu bahagia deh di sana.

Saya denger London itu kota nya para fanatik bola,
kamu enggak suka bola kan?
Huh, tapi itu juga negaranya para musisi yang kamu idolakan,
pasti kamu cocok banget di sana.

Saya sih, pengin banget bisa ngobrol-ngobrol sekali aja sama kamu,
in real,
mungkin kita bisa nonton film superhero favorit kamu di imax and bitching about them,
Atau mungkin nonton sound wave bareng, saya kangen sama penjelasan panjang lebar soal musik,
Oh ya? Apa konspirasi Yahudi? Freemason?
Haha, saya enggak kenal mereka kalau kamu enggak insist nyuruh saya nonton video Muse, empat tahun lalu,

Hei,
kali ini saya siap sakit hati lho sama kamu,
Saya janji saya enggak akan lari, sambil nangis, terus delete kontak kamu, terus pura-pura enggak kenal kamu, maafin ya saya kekanak-kanakan banget dulu.
Saya pengin kamu tahu kalau saya enggak cuman pengin "lha emang kapan gw gak bisa lo hubungin git?" saya pengin bisa memilikin kamu, at least bikin kamu tahu kalau saya pernah sayang banget sama kamu.
Emang sih, it such a waste, buat apa coba ngasih tau doang? 
At least i can messed up in your mind and we have something to talk about when we are old. You know like "iya dulu masa tante Gita, pernah naksir loh sama papa, sampe nembak papa segala". I'll be fine!

Saya berharap dengan pergi nya kamu saya akan berhenti jadiin kamu standard saya,
Iya! Selama ini standard saya tuh kamu (175cm, IT, kacamata, jawa, nerdy, socially awkward, grammar nazi, play guitar or bass, suka fotografi), rendah banget ya standard saya? Dan ada jutaan lho cowok yang lebih dari standard it, tapi tetep aja saya belum di kasih kesempatan buat dapetinnya. Huff.

PS: I love you! Saya enggak pernah bener-bener benci kamu tau, karena saya enggak punya kemampuan itu! But, any way, congrats about London things. You are lucky men! And there is a lucky girl to have you, somewhere, some place (yeah, i wish i am the lucky girl)
So good luck in life and love, bro


Sabtu, 04 Mei 2013

WORSE THAN DEATH



"Apa yang terjadi juga udah lewat.
Hampir sepuluh tahun lamanya..."

that's someone inside me keep telling me. Tapi itu enggak menghentikan tangan saya untuk memutuskan telepon saat nada dering pertama terdengar.

Tuuuuut.

Saya tak bergeming dan menunggu.

"Ok. Stop it!
Both of you in love that time,
We see it,
everybody see it,
he see it,
he just don't know how to handle it,
neither do you,
so stop it,
you ruin everything"

Nada dering kedua terdengar lebih panjang dari yang pertama. Kali ini jatung saya berdegup lebih kencang dibandingkan sebelumnya. Napas saya terasa lebih berat untuk ditarik dibandingkan sebelumnya.

"you hurting yourself,
stop it,
hung up that phone"

"This is must end" teriak saya dalam hening. Kali ini ketegangan saya menghasilkan bulir airmata. Tiap tetesnya terus mengalir tanpa isakan tangis. Untuk kedua kalinya.

Saya merasa saya sudah cukup dewasa untuk bilang ke Kamu kalau saya pernah mencintai Kamu. Persisnya sepuluh tahun yang lalu. Dan Kamu harus tahu itu. Kamu harus tahu satu-satunya alasan saya meninggalkan Kamu karena saya enggak sanggup memiliki perasaan sehebat itu. 

Saya hanya perempuan biasa, saya mungkin pernah satu atau dua kali menjalin hubungan sebelum bertemu Kamu tapi saya enggak pernah merasakan hal ini. Saya enggak pernah merasakan kecewa dan bahagia dalam satu waktu yang bersamaan. Saya merasa malas dan semangat di satu waktu yang sama. Dan saya enggak sanggup merasakan itu.

Maka dari itu saya harus lari.
Lari sejauh mungkin kaki ini bisa membawa saya.
Sejauh mungkin dari Kamu.

Kali ini dering telepon berubah menjadi suara Kamu yang berat. 

"Hallo" ujar Kamu. Dari suara Kamu, saya seakan bisa melihat bagaimana kerongkongan kamu berdeham sebelum melempar kata. Kacamata Kamu yang melorot di hidup kamu yang mancung di balut dengan kulit hitam yang legam. 

"Hallo" ujar Kamu untuk kedua kalinya.
"Hai" ujar saya
"Hai" jawab Kamu
"Kita harus ngobrol. Aku butuh ketemu dan ngobrol sama Kamu hari ini juga"
"Soal?" Tanya Kamu dengan nada sangat datar.
"Everything?"
"What everything we will talked about? Do we even have a thing?" ujarmu dengan grammar yang sempurna membalas semua kata-kata saya. Seakan mencemooh, mengajari, entahlah, saya suka ketika Kamu mulai terganggungu dengan ketidakberaturannya tata bahasa saya. Dan saat saya rasa Kamu hanya akan mengganggu pengguna bahasa Inggris, 3 Tahun yang lalu Kamu habiskan waktu untuk belajar dan mengganggu orang Russia dan Jerman lewat antusiasme Kamu dengan tata bahasa. Menyebalkan tapi menyenangkan untuk disaksikan.

"I don't know!" ujar saya. Bodoh. Saya tahu. Saya bisa membayangkan Kamu menggelengkan kepala Kamu saat saya menjawab ini. Karena menurut Kamu saya mudah menyerah dengan argumentasi dan keinginan saya dan melimpahkan semua kesimpulan dan keputusan kepada lawan bicara dengan menjawab "enggak tahu"... "i don't know"

untuk beberapa detik hanya ada suara kosong di telepon tanpa ada satupun dari kita yang bergeming. Tidak bicara dan hanya diam tapi tidak satupun dari kita terdorong untuk mengakhiri pebincangan ini.

Aku menarik napas panjang. Menarik oksigen lalu mengembalikannya sekuat mungkin ke udara.

"Kamu enggak..." ujar Kamu

"Do you ever think that might be, used to be, we have a thing?" ujar saya memotong apapun yang ingin Kamu katakan.

"Kamu enggak akan mau mendengarnya lewat telepon"
"That's why i asked you to meet me, in here, in the very first place you ask my phone number, please come visit me, you know where it is"
"I think whatever happen or feel in the past, it should belong in the past, don't you think we should move on or something"
"yes, we should, and that the only way for me to move on, please! do it for me"
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah sepuluh tahun rasanya saya tidak pernah merasa sesenang ini saat melihat salah satu handphone saya berbunyi. Di pagi yang cukup dinginnya kota Lembang, deretan angka yang sudah stuck di otak saya sejak sepuluh tahun yang lalu menghangat seluruh tubuh saya yang menggigil.

Saya ragu untuk mengangkat, terlebih lagi terakhir kali deretan angka saya jawab, saya dengar suara Kamu berbicara, tapi nada suaramu perih sekali. Itu menyakitkan saya. Karena setelah itu saya tidak pernah tahu kenapa Kamu begitu tersakiti, dan terlebih lagi Kamu langsung melarikan diri, bersembunyi. Dan menganggap saya mati.

Tapi itu sepuluh tahun yang lalu. Mungkin kali ini Kamu sudah anggap saya sepenuhnya hidup kembali. Mungkin ini saatnya saya hidup kembali. Sambil menarik napas sesaat, saya pun memutuskan untuk mengangkat panggilan Kamu.

Suara Kamu masih sama khawatirnya seperti sepuluh tahun yang lalu. Trembling, dry, anxious. Kamu enggak pernah memberikan saya waktu, kesempatan, dan jalan agar saya bisa memahami Kamu. Mendadak kamu menutup seluruh diri Kamu dan meninggalkan saya sendiri. Lebih tersakiti.

Tapi diakhir telepon Kamu memohon. Itu jelas bukan kebiasaan Kamu. Kamu cukup tegar untuk tidak mengemis kepada siapapun untuk apapun. Kamu cukup stabil untuk terus terlihat sehat di saat tersakit. Suara kamu yang khawatir, permintaan Kamu yang cukup aneh, saya sudah cukup membaca banyak novel dari cinta, misteri, hingga sci-fi mulai dari penulis Russia yang penuh moralitas,yang menegangkan, hingga Roman Inggris yang romantis. Dan segala keanehan ini hanya menyimpulkan saya pada satu ha... Ya Tuhan, apakah Kamu akan mengakhiri hidup?

Mungkin kamu tegar untuk menghadapi masalah,
Kuat menghadapi cobaan,
Tapi sejak sepuluh tahun yang lalu saya tahu kalau kamu merupakan orang yang paling mungkin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri

"Aku enggak pengin hidup lama-lama,"
"Kalau udah enggak bisa berkarya kayaknya bagusan mati aja,"
"Semua pasti mati, cuman enggak tahu kapan, itu yang membuat orang selalu cemas ditiap pagi dan merasa harus istirahat di malam hari. Semua orang takut mati. Tapi kalau kita sendiri sudah punya niat untuk mati setiap hari, saya rasa hari-hari akan lebih mudah dijalani"
"Pasti menyenangkan ya, kalau mati nanti, semua pertanyaan kita sudah terjawab. Seenggaknya kematian kita akan lebih tenang dan lebih gampang dari sebelumnya,"

semua kata-kata Kamu mendadak berputar di kepala saya.
Mungkin enggak sih, pernyataan saya menjadi pertanyaan terakhir yang ingin dia dengar sebelum mati.
Mungkin enggak sih saya adalah misteri terakhir, penenang di kematiannya.


Pikiran saya berkecamuk.
Semua reaksi saya mulai disebabkan karena panik.
Saya takut.
Bukan karena saya sayang sama Kamu.
Perasaan itu sudah Kamu bunuh dan cabik-cabik hingga mati sejak 4 tahun yang lalu.
Tapi mungkin saya terlalu tergantung dengan kamu.
Dengan memori Kamu. Memori Kita.
Seakaan hidup saya terbagi dua era antara Pra-Kamu dan Pasca-Kamu.
Dan keduanya  sama-sama buruk.
Karena kedua era tersebut saya hidup tanpa Kamu.

"Oke, i know where it is (no, i am not only know it, i memorize it every single thing happen to that time) just wait for me, like two hours. I'll drive from Bandung"

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Wait for two hours. I have been waited for ten years, exhausted, depressed, i don't know if two hours i still have enough time

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sudah siang saat saya sampai di gedung ini. Gedung yang dulunya sempat menjadi tempat menimba ilmu ini sudah berubah jadi pusat acara dan bisnis. Dengan keunggulan memiliki beberapa aula yang besar, gedung ini terkenal sebagai tempat untuk melakukan seminar, acara perpisahan sekolah, dan juga tentu saja perkawinan.

Lift lobby belakang menjadi tujuan saya. Gedung dengan tinggi langit-langit yang mencapai 15 meter ini menggemakan tiap langkah kaki saya. Ternyata di bagian lobby belakang tidak seramai di lobby depan yang penuh dengan promo seminar dan pesta pernikahan. Saya rasa tempat ini sebentar lagi tidak akan seramai sekarang jika Kamu benar-benar akan mengakhiri hidup Kamu di sini. Bahkan mungkin akan menjadi trauma tersendiri bagi pasangan pengantin yang sedang melangsungkan pesta pernikahan saat ini. Bayangkan saja sekujur mayat ditemukan saat pesta pernikahan si A dan B berlangsung. Pasti akan menjadi pernikahan yang sangat dikenang oleh semua tamu yang datang.

Saya tahu, saya tidak seharusnya berpikir Kamu akan bunuh diri. Tapi saya rasa, orang seperti kamu tidak mustahil untuk melakukan itu. Dan saat ini saya hanya ingin merilekskan diri setelah dua jam berkemudi dengan panik dan tegang. Saya merilekskan diri dengan melihat dari sisi positif atau yang menyenangkan dari kecemasan ini.

Langkah kaki saya makin keras bergema ketika saya benar-benar sampai di lobby belakang.
Saya melihat sosok Kamu nampak terduduk di lantai tepat di tembok tengah  kedua lift yang ada di kanan kiri Kamu.

Dan Kamu...
Kamu nampak lebih buruk dari yang saya bayangkan...
Saya menghentikan langkah saat saya melihat Kamu
Saya membalikan badan dan tidak bisa lagi menahan airmata
Air mata yang mungkin sudah satu dekade tertahan dibalik bola mata
Segala perasaan yang ada seakan meledak saat itu juga.
Penyesalan, rasa bersalah, semuanya menjadi satu

"Saya terlambat" ujar saya dalam hati.

"Hei" suara manis kamu memanggil saya.
Saya tidak berani menolehkan wajah saya.
Saya masih memunggungimu.
Saya terlalu takut untuk menerima kalau semua ini adalah kenyataan.
Saya terlalu takut melihat Kamu....
....dan tubuh Kamu yang terbalut dalam anggunnya gaun putih pengantin.
Saya terlalu takut untuk tahu... kalau saya akan benar-benar kehilangan Kamu... dengan cara seperti ini.

"Hei" jawab saya dengan suara yang agak parau dan masih memunggungi Kamu.

Saya tidak tahu dan tidak paham apa yang akan terjadi setelah ini.
Tapi saya tahu pasti kalau saya merasa lebih bahagia kalau saja Kamu mati.

Kamis, 18 April 2013

"HAI"

 Even in the elevator written the limit of one elevator is 25 people, but only this boy and this girl who choose not to take and waiting another one if there is more 6 people inside elevator. If this two people don't have critical claustrophobia we can assume they hates other people in their intimate zone.

It's been a year for the boy recognize there is new girl in his office building. Every 8.30 in the morning and 6.30 in the noon the boy will be stuck in the elevator with this new girl. Tall, sleek, long brown hair, and smell vanilla every time she walks. From their "scheduled meeting" every morning and noon, the boy know that the girl is work in 20th floor, the five floor before his.

And, today, after long, staring and smiling relationship they had been through, the boy think maybe it's a good time to just say "Hai" to her.

In exact 6.30 in Thursday noon, the boy took the elevator down with no doubt his elevator girl will be take his elevator too. And he is right, bell say "dink" in 20th floor, and only this pretty tall girl with her leather sling bag in the right shoulder. He gives her a smile, and just like 365 other time before, she give him a smile back.

Boy: "Hai.."

Girl: the girl look shock, she turn her happy eyes into furious eyes, her smile become pointy, she just hard to believe what he said and constantly shout "Stop"

Boy: "Excuse me?"

Girl: "Stop! Don't say anything that we both know that we can not ended it nicely... like "hai", "hey", "what's up", just don't make any possible things happen between this" said the girl waving his point finger from The Boys and herself.

Boy: "But... i.. what possible? i just want to say hai!"

Girl: "And then what? i said "Hai, too". And then you will ask me about how was my day, and then i said it was good, and then you will randomly ask me another question like you care and you really want to know me but actually you don't give a fuck. And i answer all your moronic question emotionless but you think we had a good conversation and then we reach the lobby and you know we will see me again tomorrow but instead you just leave me like another day you will said something idiot like "see you soon". And in the way home you think there is no mistake to take a lunch together, or go to the movie, and then we sharing a cab so we had a more time to talk again. And in the next day you will ask me what your plan, as logical person i will answer "i don't have a reason to say no" and we do whatever you had plan, maybe it's will went well with little respect kiss in your cheek or its turn "too well" and makes one of us to do "walk of shame" early in the morning to our own place, whatever it is, in the next morning, either you think it was a date and i think it was not or i think it was a date and you think it was not, both of us too confuse to find out and then stuck again in this elevator, staring each other again, but this time is so much worse than before because both of us know we should talk about it but none of us want to start talk about it. And day goes by, both of us get hurt by our own mind interpretation what just happening but none of us, especially you, have a real gut to say "goodbye". So, please, don't say it, don't ever think it was just a "hai"! "Hai" its more than anything, it's a magical words, either it makes you devastated by expectation or stuck in relation, so please, unless you really sure how and where you will go with your "hai" it is better to left ,whatever happening in here, anything unsaid... awkwardly in silent"

TREMBLING HANDS

saya udah lama sebenarnya tahu The Temper Trap, baru bener-bener nagih bnaget pas lagunya yang baru ini, "Trembling Hands". Saya suka liriknya:




saya suka video klipnya:


dan tanpa mau sok-sok an anak grafis yang cinta warna dan gambar, tapi saya emang suka banget sama warna di video klip ini:

Hal paling enggak normal yang saya alamin tiap abis dengerin lagu Trembling Hands adalah others music like sounds like stupid noise. hehehe. 
Semua itu berkat suara emas si ganteng dari Manado ini :* (eh tapi band nya juga sih :DD)





Treading the ground
I once used to know
People are strangers
Same as before
Streets look familiar
I remember the part
Where I buried my head
So deep in my hands
All around me was dark

This here city
Is for the lonely ones
Won't find no angels
Selling maps to the lost
This here place
Is too small for two
It took one to realize
When dreaming's this hard
It's not meant to come true

So throw me a line
Somebody out there help me
I'm on my own
I'm on my own
Throw me a line
Afraid that I have come here
To win you again
With trembling hands

Passing the days
Looking over the buildings
Time seems to stop
While the millions keep moving
Now here I am
I'm a drop in your ocean
Noise in the crowd
Pushing through your halls of reason

Ohh

So throw me a line
Somebody out there help me
I'm on my own
I'm on my own
Throw me a line
Afraid that I have come here
To win you again
With trembling hands

Hear me now make me whole
Hear me now make me whole

So throw me a line
Somebody out there help me
I'm on my own
I'm on my own
Throw me a line
Afraid that I have come here
To win you again
With trembling hands
With trembling hands

There goes the ending
It left me in the war
But I tried everything yeah
I am done with my part

Minggu, 14 April 2013

I CALL THIS ART!

Out of nowhere i just bump out to this facebook page, called Bad Girl Art: http://www.facebook.com/pages/Bad-Girl-Art/133228281468?ref=ts&fref=ts

And i think this bad girl really can define my definition of art:







love her!

ANOTHER TIME TO WASTE, ANOTHER THINGS TO TRY!

Well, i have seen this before, in the most trusted and fascinated sites, 9GAG.
Those sites really big fans of patato and one of Derp (or Herp) publish one of this "easy baked potato".
I see the steps, i thought i could made that!

and here they are:

 First thing first, prepare this stuff:

and you did this to your beloved potato

as the main purpose of all, bake the damn potato! Bake it now, bake it really good. *be patient with this step, because it really need take time to make it perfect*you know, crispy outside but soft and cheesy inside ;9*

 After an hour *or even two* open up your oven (or microwave, or any thing that can be use for bake) and enjoy the perfect smell from baked potato and melting cheese. I called it hungry smell.

Well, my favorite way to enjoy these potato with spaghetti sauce (mom's secret recipe) and chili sauce (i love spicy food)

And, girls (or boys) that's how i waste my sunday morning!
Peace!

Rabu, 03 April 2013

KAT DENNINGS

my new muse...
well not exactly new,
i've been obsessing her ever since she por
trayed Max Black in sitcom 2 Broke Girls two years ago.. so hell yeah, Kat!







okay about my last post...
WHO AM I KIDDING,
I AM GITSY, I ALWAYS EXPECTING AND DREAMING MORE AND MORE, CRAZIER THAN BEFORE AND MORE COMPULSIVE THAN EVER,
TODAY I'M HURT, AND I'M READY TO GET HURT IN ANOTHER TIME, AND ANOTHER TIME, AND ANOTHER TIME, UNTIL  GET WHAT I WANT! (no, i'm not psycho, i'm just little bit compulsive... in a good way)

some smarties told me "don't fear people who obsess to win, but scare people whose not afraid to lose"*kira-kira begitu kalau enggak salah* (i know, this is such a dull way to cheer myself up but it does cheer me up, so, yeah! cheers)

LOWERING MY EXPECTATION

Kayak kue dengan hiasan fondant diatasnya, frosting dan decorating nya nutupin cacat rasa dan tekstur dari kuenya...
right now i have too much butter cream and fondant in my cake...

Saya tahu dan saya sadar kalau saya sendiri pun ragu dan enggak yakin bisa lolos saat pertama kali saat mendapat undangan interview Skype pertama saya,
Saya nervous dan saya banyak bengongnya ketimbang jawab pertanyaan interviewer,
Saya tahu dari situ harusnya saya emang udah nothing to loose
tapi nothing to loose nya saya enggak menghentikan saya untuk daydreaming untuk bisa kerja di luar negeri
dengan segala fasilitas yang mereka kasih
-tempat tinggal
-jaminan kesehatan
-uang makan 3 kali sehari
-kesempatan pulang ke Indonesia 4 kali tiap tahunnya
-bonus

dan semua itu diluar gaji bulanan yang bisa saya dapetin dari perusahaan ini,
persyaratannya pun enggak susah, intinya dari 10 kriteria saya masuklah 8-9nya,
cerita ke beberapa teman jelas bikin saya jadi semangat dan PD dan GR dan ngayalnya jadi makin makin,

Dan malam ini saya dapet jawabannya yang intinya saya gagal lah (akhir-akhir ini saya lagi akrab ama mas gagal nih, huff)
sedih sih, kecewa, jujur saya bahkan sempat nangis,
anehnya ini adalah tangisan pertama saya setelah 1 bulan nganggur enggak ngapa-ngapain,
ini kayak gamparan buat saya yang buat saya sadar kalau saya ini bukan siapa-siapa banget,
Selama saya nganggur saya santai-santai aja,
dipanggil wawancara tinggal hadir,
disuruh nunggu ya nunggu,
Tapi baru kali ini (mungkin baru perusahaan ini doang yang cukup gentle menghubungi kalau saya enggak diterima di perusahaannya kali ya) i feel so devastated, exhausted, tired... 
Saya baru pertama kali harus menyadari dan menerima kalimat super klise di muka bumi ini "enggak semua yang kita inginkan bisa tercapai"

Karena saya emang bukan tipe orang yang percaya sama kata-kata itu,
Kalau kata teman saya, saya ini tipe orang yang kompulsif, apa yang saya inginkan harus saya dapetin,
padahal enggak ada mandatory atau dasar khusus kenapa saya harus dapetin hal tersebut,
Saya tipe orang yang percaya kalau saya mampu bilang "aku ingin A" itu artinya saya punya kemampuan untuk memiliki si "A"...

Dan saat ini, malam ini, saya sadar dengan keinginan dan requirement aja enggak cukup untuk bisa bikin saya dapetin apa yang saya inginkan. Ya, walaupun cita-cita kerjaan ini baru saya penginin sekitar dua minggu yang lalu, tapi senggaknya dari interview dan segala macam yang saya jalani saya jadi kepingin dan sebagai orang yang kompulsif saya jadi harus memiliki, terus ternyata saya enggak bisa memiliki dan saya enggak bisa maksa yang ada saya bisanya nangis... anjis cengeng abis...

Di luar tangisan kecewa ini, saya jadi flashback betapa saya ini sebenernya orang yang rapuh banget (idih najis bgt), saya gampang banget ngeliatin suasana hati yang senang tenang riang tapi sedikitnya ada masalah saya bisa sedih kayak apaan tauk,

Hidup saya ini kebanyak frosting dan decorating,
kebanyak paper wrap dan ornament,
kebanyak expektasi dan ilusi,
Mulai hari ini saya mulai realistis (i mean, mungkin belajar mengurangi ekspektasi dan mengontrol kompulsivitas *geee, is that real word?*) like my sister Max Black said:


Rabu, 27 Maret 2013

SELF UPDATED

So many things to share, too lazy to open this account and share it.

-So, it's almost a month that i officially unemployed (not so good) and i've been had almost ten or eleven job interview and one Skype interview.

-Skype interview its really not my style. I feel exhausted, stupid, and pissed after all.

-Dan Brown makes typo in Deception Point. Instead of Outside he wrote it Otisde (217, Dan Brown, Deception Point) it proved that you don't need to be greatest editor for being the best writer. He-he-he.

- No mater how hard i tried, i will always have "utang puasa"

- I'm officially became one of those people, people that download tv series from websites.

-I was made super delicious (but ugly look) baked potatoes yesterday, will share it as soon as possible.

-I am addicted to cupcakes wars.

-My preparation for my post graduate program test is nearly zero.

-Shoulda woulda coulda go to Bali this year! huff huff huff


Selasa, 19 Maret 2013

CRAZY FOR SHELL

I am a keeper,
especially for something unusual,
and few years back than have a pretty white shell were little bit unusual for me,
not only one, but i got dozen.. i think...
si, now, since i got a time of my life to thinking about "what will i do with this shell" so here they are... my unemployed mind come out and play..










And that's all...
no...
not really...
i made one more thing and i really love to show up (yeas, i'm showing up!)


udah gitu aja! he-he-he

Kamis, 14 Maret 2013

FUNKY TIME

Saat lelah menonton hampir semua serial TV favorit saya, Friends, How I Met You Mother, The Big Bang Theory (if people can be define by what they watch, i'll be overwhelmed if those three legendary sitcom define me)  saya pun mulai mencari kegiatan baru (kegiatan yang bisa membuat saya waras).
Dan saat jalan-jalan dadakan ke Bogor waktu kemarin, saya menemukan sebuah toko yang bernama "Rumah Mote" di pasar Anyar Bogor (ya, Pasar Anyar jadi salah satu tujuan kita karena deket sama kebun raya dan jajanan di sekitar Regina Pacis banyak yang enak dan murah, hehehe).

Dan mendadak sayapun langsung kebanjiran "BM" (banyak maunya.. apa sih kalimatnya enggak nyambung).
Dan kali ini dengan longgarnya waktu yang saya punya saya kali ini akan mamerin lewat foto-foto.



  what you have to prepare:

1) as a professional procrastinator like me, you should have motivation to do something worth!
2) these items

Now pay attention with this clear-non absurd-useful direction:

and after "the hard work" this is me.. with my funky-new-sunglasses *yeay me*



i choose only ""Beadles-up" top of sunglasses.. but you can really choose to make your sunglasses a lot more likes Rihanna

Dan seperti yang saya jelas di atas, saya lagi punya waktu dan bahan yang saya beli di "Rumah Mote" enggak sedikit, seenggaknya saya juga sukses bikin charmbarcelet


Dan waktu saya ke main-main ke pantai beberapa tahun yang lalu saya sempat membawa pulang banyak kerang bagus (entah Pangandaran, UjungGenteng, pokoknya itu lah) dan dengan bantuan hot glue gun saya hari ini ubah mereka jadi....

I know, i'm awesome...
haha