Rabu, 02 April 2014

Kelam Hitam dan Buram

"Habis surfing dimana?" Ujarnya dalam heningnya komuter line Jakarta Kota - Bekasi. 

"Maaf?"

"Anda terlihat lebih hitam dan kedua lutut Anda ada memar merah, karena kemarin habis libur panjang dan kebanyakan orang menghabiskan waktu di luar. Kalau enggak ke gunung atau enggak ke pantai. Saya tidak bisa menebak kegiatan gunung apa yang bisa membuat memar merah di kedua lutut segitu banyaknya dan menghitamkan seluruh kulit Anda," tambahnya makin membuat curiga.

"Maaf Anda siapa ya?"

"Untuk apa Anda tahu?"

"Anda baru saja mempertanyakan kegiatan akhir pekan saya. Padahal saya tidak tahu siapa Anda?"

"Sebenarnya saya tidak bertanya. Hanya ingin memulai percakapan saja. Melihat cara Anda duduk, saya sudah bisa menebak kalau Anda baru saja mengunjungi sebuah tempat yang membuat Anda harus berada dalam posisi duduk yang cukup lama. Posisi duduk yang tidak senyaman pesawat tapi juga tidak sesesak bus kota. Anda pasti mengendarai kendaraan pribadi. Keputusan Anda menggunakan kendaraan pribadi pasti karena Anda sudah mengestimasikan perjalanan Anda tidak akan lama. Anda dari pesisir Jawa Barat, Pangandaran? Pelabuhan Ratu?"

"Atau Anyer? Ujung Genteng?"

"Dengan kondisi jalan ujung Banten yang runyam saya rasa Anda tidak akan menggunakan kendaraan pribadi"
Saya mendengus sambil tertawa kecil.

"Perceraian kah?"

Kali ini senyum saya berubah kecut, mata saya mendelak kaget.

"Garis putih di jari manis kanan Anda bukan hasil terpaan matahari pantai, butuh waktu lebih dari 10 tahun untuk membuat bekas seperti itu"

"Dan hanya butuh 1 bukti ketidaksetiaan untuk membuatnya terlihat oleh semua orang" ujar Saya berusaha tanpa emosi.

"Dan semua itu terjadi karena kesalahan Anda bukan?"

"ANDA INI SIAPA SIH! Tau apa Anda soal salah dan benar? Anda sadar enggak ini percakapan paling salah yang pernah ras manusia lakukan?" Ujar saya gusar. Saya pun memilih untuk berganti gerbong meninggalkan suara yang menghakimi samar samar jauh jangakauan dengar saya...

"Dan Anda tetap bisa mendengar saya kan? Karena secara sadar Anda tahu semua ini salah Anda. Anda lari ke pantai terluar pulau jawa untuk bisa mengalihkan rasa sakitnya..."

Sekarang saya coba berlari dan suara itu kian kuat memekik...

"...Anda coba aktivitas baru walau Anda tau itu menyakitkan lutut dan perut atas Anda. Perih matahari Anda anggap sebagai hukuman yang mungkin setimpal dengan rasa bersalah Anda. Anda harap sekitar Anda menganggap Anda baik baik saja. Bahagia."

Lelah berlari, saya berhenti, terengah engah, ingin menangis.

Suara itu berhenti, saya tak dengar lagi. Mungkin dia sudah tidak di sini lagi. Pelan pelan saya coba duduk kembali. 

Setelah tenang, saya lihat beberapa penumpang masuk. Seorang ibu dan anak anaknya, pekerja muda dengan tas dan jam tangannya dan seorang pedagang kaca dengan gendongan berbagai kacanya.

Salah satu kaca menghadap ke wajah saya, benar ujarnya, wajah saya menghitam dan belas cincin pernikahan saya memang mencolok. Beberapa detik saya pandangi wajah saya, dan saya pun mendengar suara itu lagi. 

"Anda bisa lari, tapi tidak bisa membohongi hati Anda sendiri. Anda pantas untuk disalahkan untuk segala penderitaan ini"

Saya pun menangis. Perih. Karena. Suara itu. Orang itu. Datang dari satu bayangan yang sama. Pantulan yang sama. Diri saya sendiri.


Kamis, 27 Februari 2014

How do i know

When you don't tell me, or give me a hint, for what i have or haven't done wrong to you

Sabtu, 26 Oktober 2013

I DON'T KNOW

G: "Sometimes i just don't know what i feel and my world seems better that way"
F: "you know what you feel, you just don't admitted that exist!"
G: "Pfftt, FEELING, i don't know if people still use that!"
F: "Still, and among us, you use them often"
G: "Yeah, i use them often, correct, of course you know me better than myself" (wink) (sarcasm)
F: "You just don't admitted, and the real question is, why you don't admitted?"
G: "First, because i have nothing to admit, second, i hate feeling, i use them once, and i admitted so bravely, and, you know, people ruin it! It broke me! And i hate to see myself broken. That's why!!"
F: "People always gonna hurt you, and don't admitted just gonna hurt you more"
G: "Ehm... no i am not! People use other people as their station. People are basically a traveler, they love to leave as much as they said they love to stay, so, why you wasting yourself with use some sort of feeling and you know it's gonna hurt you because you actually sure that they are not staying long enough for you. Why you just enjoy the time, admit nothing, and see the next stop together, and leave each other."
F: "What if you are stuck each other? What if your own station became someone's home, and so on contraire?"
G: "......... i don't know about that........."


-Y! Messenger chat, Saturday, 25 October 2013, 1.45 am until 2.30 am (translated in English), and i just want to sleep.

Kamis, 10 Oktober 2013

My heavy head

I am just sober from my highest night.
I remember everything i have done, but i don't remember why.
Its already 8 am in Thamrin, Central Jakarta.
I open my message box, with something bad feeling
"Again? Damn it!"
I randomly tipsy texting you again.
This time, i feel no guilty!
I do really miss you.
I throw my phone and prepare myself to work.
I just finish with my eyeliner when you send and text message

"Haha, i'm sorry! I was on plane last night!"

On plane?
What plane?
You promise to tell me when you will left, right?

"Where did you went by plane?"
"London. But i'm still in Abu Dhabi waiting for my flight"
"You in Abu Dhabi right now?"
"Yeah! Kind of"
"You already go to London?"
"Yes"
"Without saying goodbye?"
"Ohh yaaa sorry about that!"
"But you promise"
"Yeah, and i forget! Sorry"

I am tired.
Exhausted.
I know i'll be fighting alone for us!
But, i never know it will be this exhausted!
My eyes getting wet. And my bone breaking down.
My heavy head, getting heavier than before.
My heavy head, sinking me down to mother earth.
My heavy head, killing me and everything about you.
My heavy head.. O... My head