Selasa, 03 Mei 2011

Do What You Love!!!


Saya gak tau berapa banyak populasi orang sotoy di muka bumi ini. Tapi dari sekian banyak cerita, curhat, dan saya yang bersedia menjadi pendengar yang handal saya mulai menyadari, kalo populasi mereka mulai bertambah ditiap tahunnya.

Dan entah kenapa, jumlah populasi orang sotoy ini selalu diikuti dengan menurunnya kesejahteraan/kebahagian/kenyamanan si orang-orang sotoy ini.

Salah satu contoh, saya ambil dari seorang teman (sebut saja Mawar) yang punya seorang Tante (sebut saja tantenya Mawar) dan Oma (sebut saja Oma Mawar) yang SOTOY BGT. Tante dan Oma Mawar berpikir bahwasannya kebahagian adalah jika seorang perempuan bisa menikah dengan seorang pria lulusan ITB dan kerja di Pertamina. Well, sebelumnya saya mau analisis dikit, sejak kapan kebahagian bisa dilihat dari Almamater kampus. Marak beredar kapan katanya, pencucian otak yang dilakukan oleh NII banyak menjaring korban anak ITB. Dari situ aja bisa diambil kesimpulan, bahwa anak ITB tidak hanya, belum bisa menjamin bisa kebahagian terhadap kehidupan (secara material) dalam pernikahan, tapi orang yang kuliah di ITB juga tidak menjamin tingkat kecerdasan dan kepintaran mereka untuk memilih pergaulan, komunitas, bahkan belum bisa menentukan mana "aliran" yang benar dan mana yang salah (karena kita udah sepakat donk kalo NII itu aliran yang sesat donk yaaaaa).

Mungkin, beberapa diantara kalian yang anak ITB yang baca ini bakalan bilang,
"ihh, itu sih tergantung individunya aja, gak semua anak ITB kayak gitu kok"
dan menurut saya, BENAR BANGET... THATS IT! THATS THE POINT!! ITU SEMUA TERGANTUNG INDIVIDUNYA. Begitupula dengan stigma yang overpositif mengenai pasangan yang harusnya lulusan ITB bisa menjamin kebahagian. Ups, belum tentu, semua itu tergantung individunya.

Lain teman saya, lain juga kisah kesotoyan pribadi saya (yaa sebut saja saya ini Melati),Yang memiliki ibu yang sotoy dalam hidupnya (sebut saja ibu saya ini sebagai ibu Melati). Melati memasuki semester enam yang semakin hari semakin berat dan semakin loveless (ehh curcol) dalam kehidupan perkuliahan menuju sarjananya. Melati, bingung karena semester depan melati sudah harus menghadapi apa yang mereka sebut "magang" apa yang mereka sebut "skripsi" dan apa yang mereka panggil "kuliah sisa sks yang kurang". Melati yang merupakan seorang visioner ulung, sudah merencanakan hidupnya akan bahagia jika dia bisa magang dan bekerja di Majalah ternama (jadi Reporter/fotografer/editor/fashion stylish/fashion editor/ or whatever).
Tapi sayangnya, sang ibunda yang sotoy punya pandangan yang berbeda, menurutnya televisi adalah tempatnya untuk mengembangkan diri, sebuah batu pijakan karier yang luar biasa keren untuk hidup saya (atau mungkin lebih bisa dibilang, hidup ibu Melati), TV adalah tujuan hidup. "Udah capek-capek, mahal-mahal, kuliah, masa cuman mau kerja di Majalah, di TV donk. Tina Talisa yang gak pake kuliah televisi aja kerjanya di TV lho" (kutipan kalimat inilah yang menyebabkan saya pagi ini ke kantor Jak-TV, menyerahkan CV, menjual diri untuk magang disana).
Saya gak tau dibagian mananya keinginan saya yang salah. Saya sih juga gak begitu ambil pusing dengan kata-kata beliau yang sotoy. Cuman, obsesi aneh nya terhadap "anakku-harus-kerja-di-TV" mulai agak mengganggu saya.

Yang satu, obsesi akan punya menantu anak ITB yang kerja di Pertamina, yang satu ingin anaknya kerja di TV.

Bagi saya (atau boleh juga dikatakan Kami *karena menyangkut hidup si Mawar dan Melati*), setiap "pandangan" yang kalian (para orang tua, saudara, teman, sahabat) lontarkan tidak ada yang salah (walaupun terkadang itu mengkerdilkan kami...sejenak).

Karena, disatu sisi saya memandangnya sebagai ungkapan do'a atas rasa khawatir "kalian" akan masa depan kami, masa depan yang sudah kalian jalani dan ada beberapa hal yang tidak begitu menyenangkan (atau sangat membahagiakan kalian) sehingga kalian sebisa mungkin "menyelamatkan" kami, sehingga tidak ada "kesedihan ataupun keterpurukan" yang kami rasakan.

Disisi lain bagi saya pribadi, Entah kenapa ditiap kata yang terkadang begitu "menyudutkan", ditiap kalimat yang begitu "menjatuhkan", ada semacam energi mistis yang begitu besar sehingga mendorong saya untuk mengatakan "I NOTED YOUR WORD, AND I PROVE YOU ARE WRONG *AND I'M RIGHT*"

Pada kasus saya, saya akan mengawali karier di Majalah (Mungkin yang agak berkiblat ke fashion dan entertaiment). Belajar sebanyak mungkin untuk bisa menjadi penulis handal, punya kolom sendiri, lanjutin S2 di Amerika (tiba-tiba langsung ada lagu gitu di otak gw: New York... Concrete jungle with dreams are made out... there's nothing you can't do). Coba nulis di ELLE, VOGUE,BAZAAR, Dsb..

I know, i Realize, i have nothing in my mind right now, there is nothing i know about fashion, being avant garde, i have no idea how to report Marc Jacob New Collection, i don't know how to write about how gorgeous Chanel catwalk, i have no idea how to inspire people to do what i write, i don't what term i should use in Fashion Way, SERIOUSLY I DON'T KNOW.. BUT I SWEAR I WILL LEARN IT! I WILL BE IT!

So People, do what you love, say what you want, i don't care if its hurts me because i truly believe "if its don't kill me, it makes me stronger" -You've Got Served (2004)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar