Jumat, 17 Desember 2010

(Mungkin) Over Possesive

Mama: "Gita, mau beli BB lagi?" Gw:"Gak tau"
Mama: Suka Banget ya sama Handphone itu?"
Gw:"Gak juga"




Saya lagi-lagi termenung dihadapan meja belajar kamar saya. Biasanya kalo saya udah duduk disana pikiran dan imajinasi saya pasti dalam keadaan aktif, loncat kesana dan kemari, hingga biaslah realita.
Masalah Handpone.
Entah kenapa saya tidak merasa sedih, apalah arti sebuah handphone buat saya. memang itu penting dan sangat berguna, tapi kehilangan pada waktu itu membuat saya...kehilangan.

Mungkin bukan karena handphonenya, mungkin bukan karena harga dan segala yang melekat pada benda tersebut.
Mungkin karena memang begitulah saya.
--------------------------------------------------------------------------------------------

Dari kejadian kemalingan waktu itu, saya mulai menyadari satu jenis sifat egois yang saya tengah hadapi, over posesif. Saya baru menyadari bahwa saya bukanlah orang yang sesantai dan seflexibel itu dengan segala hal yang saya anggap sudah menjadi milik saya.

Contoh: saya mungkin akan membiarkan handphone saya berada di tempat-tempat tidak lazim didalam rumah (di tempat sikat gigi, di ujung ranjang, di kolong tempat tidur, di laci DVD) selama handphone itu masih bersama saya dan menemani rutinitas saya, saya tidak menjadi masalah kemanapun benda itu pergi. Tapi mengetahui Benda itu benar-benar hilang (diambil orang), saya justru menjadi sangat kecewa. entah dengan siapa. yang pasti saya tidak ingin memilikinya lagi. Cukuplah benda itu yang kembali ke saya, saya tidak butuh benda yang lebih canggih atau lebih mutakhir dari itu.

Sepertinya itupula yang saya rasakan dengan orang-orang disekitar saya (sahabat, teman, kekasih -mungkin)
Mungkin itu yang membuat Diane menganggap saya orang yang tidak fokus.
Saya sangat mengerti maksud Diane dengan :
"Lo tuh mudah berpindah-pindah (suka sama orang) karena gak pernah fokus dengan seseorang""Lo tuh kalo udah serius sama seseorang, lalu orang tersebut berbuat sedikit aja kesalahan, lo pasti bakal bener-bener ninggalin orang itu".
Sedikit Kesalahan.
Saya tidak sebegitu pendendamnya. Saya hanya merasa sedikit kecewa (yak mungkin sangat terluka dan blablabla). Namun, yang saya butuhkan adalah ketika orang itu berbuat "sedikit kesalahan" adalah kembali kepada saya, sama-sama saling menyadari lalu memperbaiki komunikasi satu sama lain. Saya tidak akan pernah mencari pengganti yang "lebih" dari orang tersebut. Mungkin terkesan (saya sangat mencari dengan bersikap caper dan annoying dengan yang lain) demikian, tapi saya tetap mengharapkan orang itu kembali. Saya lakukan ini karena saya terlalu fokus akan hubungan yang serius dengan orang tersebut. Saya tidak se-plin-plan itu.

"How can i get better one, if i ever had the best?" - Katy Perry

The Comfort Zone
Seperti yang saya gambarkan diawal-awal paragraf "saya justru menjadi sangat kecewa. entah dengan siapa. yang pasti saya tidak ingin memilikinya lagi. Cukuplah benda itu yang kembali ke saya, saya tidak butuh benda yang lebih canggih atau lebih mutakhir dari itu."
Mungkin itu juga yang saya rasakan dengan seseorang. Saya tahu orang itu sudah tidak ada lagi untuk saya, mungkin apa yang saya rasakan bukanlah perasaan cinta, kasih, sayang, dan hal-hal imajinatif lainnya, mungkin hanya karena saya merasa memiliki dia, dan saya nyaman dengan hal itu. yang saya inginkan hanyalah dia kembali hingga saya bisa merasakan kenyamanan (walau imajiner) seperti dahulu. Saya mungkin mau mengenal orang-orang yang lebih tampan, lebih pintar, lebih jelek, lebih lucu, dari orang yang saya tunggu. Tapi comfort zone saya adalah DIA dan saya tidak BUTUH orang yang "lebih-" dari dia. Akan sangat menyenangkan jika dia cukup kembali kepada saya.
Si Penunggu Jodoh
Saya bukan tipe pencari, saya tipe penunggu. Saya perempuan konservatif, gak jelas siapa yang ditunggu, mungkin saya cuman nunggu waktu yang tepat, hingga Tuhan mempertemukan dengan jodoh saya melalui takdirNya. Saya hanya ingin menunggu, sudah terlalu bosan mencari, Saya ingin ditemukan!

NB: Soal Handphone. itu cuman analogi, saya pasti ganti BB lagi. Tapi gak tau kapan. Masih berasa aja malesnya, kayak "idih, inih hape lagi!"! :(

6 komentar:

  1. yasudah ganti Android aja, atau Iphone kalo mau lebih gaya, hahaa

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. kan gak pengen yang lebih oms! ehe

    BalasHapus
  4. di halte aje mba kalo mau nungguu..
    kalo besok lu mati gimana?

    BalasHapus
  5. Gak ah, masuk angin nunggu di halte (apakali jayuss) sialan deeehh lo faa! mxd nya apa besok gw mati???

    BalasHapus
  6. maksud gw kalo hidup lo lebih sering "nunggu" trus besok mati+gak ada yang menemukan lo. ya selesai. ibarat telor lo lebih milih dijadiin telor ceplok daripada netes jadi ayam.

    BalasHapus