Jumat, 22 Oktober 2010

confusing "term"

akhir-akhir ini saya lagi jadi pemikir banget deh!
lebih banyak merenungkan segala hal yang terjadi, mencoba mencari keterkaitan dan blablabla yang ujung-ujungnya menjebak otak kecil saya kedalam sebuah kelinglungan akut.
*halah*

oh ya, akhir-akhir ini mata, telinga saya lagi ramah mendengar sebuah kata yang mungkin secara definisi banyak yang sudah tau tapi mungkin sedikit yang memahami. Yaitu kata "Lesbian". Yak, semenjak Q film digelar di goethe institute istilah LGBT mencuat dan muncrat keseluruh penjuru negeri ini (ya, seluruh negeri, kalo Anda ada di negeri ini tapi gak merasakan muncratan istilah ini, ya berarti salahnya di Anda).
Intinya, tulisan saya ini berangkat dari sebuah pertanyaan sederhana (dari otak tolol saya yang complicated) "being lesbian? kok bisa?"mxd saya kenapa menyoroti kaum lesbian, karena saya tahu bagaimana keintiman tercipta saat pasangan gay berhubungan, tapi kaum lesbian? mxd saya, you know! i'm just lil bit confuse about this. dan ke kepoan saya membawa saya kesebuah situs-situs yang membahas hal ini. Dan membaca tentang kesaksian beberapa orang yang mengaku sebagai lesbian, bagaimana mereka tahu kalau diri mereka adalah seorang lesbian, berikut ceritanya:

I'm 12, and I realized I was bisexual when I was in 5th grade. I didn't really notice until I realized every day I'd watch this particular 6th grader that I kind of knew. I started being friends with her, and we had a lot of fun together.

We talked on Skype all the time, and I thought things couldn't get better until the summer between 5-6 grade. She really liked this boy named Lionel, and it kind of annoyed me how she talked about him all the time. But I knew that since she liked him, all I could do was be her friend.

We were well on our way to being best friends
, but I accidentally told her about myself, and for a time she didn't talk to me. I got really depressed and stuff, and I didn't care anymore if people found out about me. I told another 2 friends of mine, who tried to help me. Maybe they would've actually got her to talk to me again, except I ruined everything by being hateful towards her. I haven't talked to her since, but I still see her around.

Since I realized about myself, I've liked a lot of girls, but of course none of them know. I haven't tried being good friends with any of them, mostly because after losing her I've been really cautious. Not that it helps, a lot more people know about me now. But I don't really care, because as my reputation of being unmovable and unapproachable, no one tends to walk up to me and ask if it's true. Now I'm in 6th grade, and shortly after I lost the first girl I liked, I cut connections with all the older age group. I couldn't talk to any of them because 1.) They know about me and 2.) every time I talk to them, the memories of pain and loss and the feeling of messing up when I was so close to happiness comes back, because all of it's like a web, when one thing leads to another, and all things lead back to her.


oke, itu cerita yang saya kutip dari sebuah website lesbian. (you can google it if you want some more confession). Intinya, saya masih tidak mengerti mengapa mereka bisa begitu sangat yakin kalau dirinya adalah lesbian. biar saya jabarkan:

  1. "I didn't really notice until I realized every day I'd watch this particular 6th grader that I kind of knew. I started being friends with her, and we had a lot of fun together." --> bukankah di usia segitu kita memang lebih senang bermain dan menghabiskan waktu dengan teman perempuan kita ketimbang dengan anak laki-laki. Say pribadi waktu SD juga memiliki beberapa teman perempuan, we kinda clique doing everything together and that feels so right!
  2. "We talked on Skype all the time" --> well, sampe hari ini, masih banyak kok temen-temen saya yang sesama perempuan berbicang di skype setiap waktu padahal di kampus juga ketemu and i (positive-ly) think they are (still) straight! (hope so! *fingercross)
  3. "But I knew that since she liked him, all I could do was be her friend." well, gini deh secara psikologis (yahh, psikologis menurut Gitsy aja lah yaa booo) kalo kita udah berteman akrab banget pasti kita punya keterikatan yang kuat donk sama temen kita itu? (ya kan?) apalagi kalo itu udah lama dan emang udah klik abis, nah, disaat teman kita itu memiliki pasangan atau punya gebetan, ada 2 reaksi (yang menurut saya sangat amat straight), yaitu: 1) kita ikutan seneng 2)BT karena jadi ada beberapa ritual menyenangkan yang biasanya dilakuin bareng menjadi barang langka dalam pertemanan kita. misalnya, kita jadi jarang have fun bareng tapi ke-BT-an kita itu gak ada kaitannya dengan sexual thingy. Just feel bad, kesel! kayak, "How come you watch those movie without meeeeeee? you know that i'm friendless without you" tanpa merasa ada keterlibatan sexual things ataupun perasaan cemburu membabi buta. mxd saya begini, terkadang kita suka ngerasa kesal dengan hal seperti itu sehingga kita mengatakan "how could you" tanpa harus menangis meraung-raung kayak baru ditinggal pacar. just a simple "how could you" (ahh, hard to explain), pokoknya gitu deh!

oke, inti dari tulisan ini adalah kebingungan dan keheranan saya mengapa orang bisa merasa dirinya seorang "lesbian"? Lalu apa bedanya "lesbian" dengan persahabatan atau hubungan pertemanan dengan sesama wanita? karena faktanya banyak teman saya yang melakukan apa yang "lesbian". Lalu mengapa mereka bisa mendeclair "Im a Lesbian". maksud saya, bukankah hubungan pertemanan antar wanita yang rumit membuat pengertian akan lesbian (menurut saya) menjadi bias.

Tapi yasudahlah yaa, jangan terlalu dianggap serius tulisan saya ini. Toh! pertanyaan semacam keluar dengan sangat random dari otak saya yang random! Tapi apapun itu, saya sangat menghargai kaum LGBT, dan saya juga meyakini kalau kecenderungan orang untuk menjadi LGBT bukan karena faktor pergaulan (kalaupun ada, saya rasa kecil kemungkinannya) apalagi karena mau-mau-an si pribadi manusianya. Saya meyakini kalau LGBT ada karena DNA nya sudah begitu, kalau kata orang-orang beragama "sudah takdirnya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar