Kamis, 01 Juli 2010

first expansion,first experience

Ahhhh, akhirnya selesai juga kegiatan hari ini. Dengan 5% oksigen dan 95%bau ketek basah karayawan, saya pulang berdesak-desakan di kereta api palmerah-serpong. Saya pulang sekitar jam 6 petang, nyampe rumah jam 7 malam. heuu, benar-benar hari yang melelahkan. Hari ini adalah hari pertama saya bekerja di kompas.com menjadi reporter. Senang, lelah, letih, dan random yang saya rasa rasakan. Kenapa random? karena, berbagai macam kejadian yang diluar kebiasaan saya terjadi. berikut beberapa kejadian tersebut

1. Saya dan Pemenang

Pagi itu saya sudah distasiun kereta api pukul 7.10, kereta datang pukul 7.26 dan sampai di palmerah pukul 8.00. Tidak ada yang saya rasakan kecuali buncahan dan guncangan perasaan yang hebat tentang pengalaman pertama magang dan jadi reporter pula. Repoter beneran! bukan repoter tugas kuliah! senangnyooo! Tidak mau berbasa-basi di blog saya yang kacrut ini, intinya 7 anak magang yang menjadi reporter dipisah-pisah tugas liputannya untuk ditandemkan dengan wartawan kompas dot com beneran. saya kedapatan nama mas Hindra yang pukul 13.00 meliput ke PBNU. Harga mati buat saya untuk ke PBNU, apapun caranya, bagaimana keadaannya (canggih lo mas). Ya, bagi kalian yang lagi-lagi mengenal saya, harus benar-benar joget sangking kagetnya, karena saya diutuskan ke PBNU yang letaknya di kramat raya SENDIRIAN. barulah disana saya dipertemukan dengan rekan tandeman saya, Hidra.

Maka jalanlah saya dengan berbekal pengetahuan, "kamu ke slipi, naik bus 213 turun di rscm naik angkot m05 turun di pbnu", dari mas mbong yang tidak sombong. Maka, berangkat lah saya, yang dengan sangat magicnya, saya tahu harus aik apa ke slipinya dan sampai dengan selamat sampai di bus yang bukan 213 tapi menuju RSCM (hehehe, lebih mahal sih, tapi lebih aman, nyaman, damai, sentosa). Nah disinilah ke randoman pertama terjadi. *jeng jeng*

Saya memilih duduk dibangku paling depan, dengan melafalkan dzikir di hati (karena jujur saya takut banget, berdasarkan pengetahuan yang saya dapatkan dari televisi dan ibunda yang parnoan, perjalanan sendirian saya kali itu memiliki presentasi kepastian keselamatan tidak sampai 50%), tiba-tiba duduklah seorang pria dibangku sebelah saya. Tidak banyak yang terjadi saat itu, kecuali tiba-tiba dia bertanya, "duhh, tadi kenapa tuh mobil". saya yang lagi sibuk dengan dzikir saya untuk menenangkan perasaan parno saya, cuman bisa bengong. Karena sebenarnya bus yang saya tumpangi tadi memang hampir menabrak mobil INNOVA (mindy pasti sebel ama mobil ini, haaha) HITAM didaerah sudirman, depan apartemen masa depan gw, april , dan mindy, Da Vinci. Setelah tu cowo bertanya dan hanya saya respon dengan bengong doank, akhirnya dia mengalihkan pembicaraan,
"mau kemana mba?pulang kerja apa mau kerja".
Oh my God, dia tahu dari mana kalo gw kerja, apakah gw segitu formalnya dalam berpakaian, kayaknya biasa aja deh! ujar gw dalam hati
"ehmmm, sebenarnya sekarang saya lagi kerja nih mas" jawab saya
"ohh, kerja dimana?"
"di kompas, kalo mas?" karena saya gak mau terkesan diinterogasi maka saya tanya balik doski.
"ohh, saya abis interview pekerjaan di (suatu tempat yang sulit saya ingat namanya)"
"ohh" padahal dalem hati gak ohh banget gw! orang gak tau itu tempat dimana
"mau kemana?" ujar tuh orang lagi"
"mau ke rscm"
"ohh, kenapa? ada yang sakit?"
"ahh, enggak, saya mau ngelanjut ke pbnu"
"ohh" tiba-tiba raut muka si orang ini jadi berubah "lo orang nu?"
"hah? bukaann, saya mau ngeliput kesana?"
"ohh, lo wartawan?"
"iyaa,, ehh enggak sih, belum masih magang, ini juga mau nyamperin wartawan kompas dot com doank kok"
lalu, saya dan si cowok yang mukanya rada china tapi gak kayak china ini pun berlanjut dengan agak seru, kita pun berkenalan. Dia orang batak, nama dia Winner (ya winner!) dan kita..ehmmm, bertukaran no handphone (ya saya bodoh, saya idiot, saya tahu itu!).
MEEEENNNN, dari 7 juta penduduk jakarta yang mungkin lebih dari 80% pengguna bis kota, berapa banyak dari mereka yang bertukaran nomor handphone dengan orang yang baru kenal pertama kali di bus? hah? berapa presentasi nya? dan mengapa dari kemungkinan yang teramat sangat kecil seperti itu, kenapa saya bisa dengan sangat idiotnya memberikan nomor handphne saya ke dia? kenapa coba sodara2? huh.
1) mungkin karena memang saya adalah orang bodoh
2)mungkin memang itulah yang sudah tertakdir diatas sana, saya harus memiliki seorang teman yang kenal dari bus.

2.Saya dan Politik berkedok Agama

Dari perjalanan panjang saya yang super taught dan super idiot, akhirnya saya sampai juga di kamtor PBNU daerah kramat raya (what the hell, bukan daerah saya banget deh ini!). waktu menunjukkan pukul 12.30. saya sms mas Hidra untuk mengabarkan kalo saya sudah sampai di tkp (alah bahasa gw), dan balasannya mas Hidra cuman "okay, see you there", yaaa, karena saya ngerasanya saya harus nungguin mas Hindra, jadi yaa saya kongkow kongkow dulu di PBNU (what? *ngek ngok banget). saya memutuskan makan dulu, shalat dulu, nge charge hape dulu, sampe pukul 13.06 mas Hidra tak kunjung datang. Lalu tiba-tiba hape saya bergetar, ada telfon masuk dan nama yang tertera dilayar adalah kontaknya mas Hindra, saya angkat donks
"halo gita?"
"iya mas"
"git, gak jadi ke PBNU, saya disuruh mas mbong untuk ke TEMPO"
*jeng jeng shot banget deh gw*
"Lah, terus saya gimana?" stay cool padahal panik
"nahh, itu yang saya gak tahu, coba kamu tanyain nasib kamu ke mas mbong deh!"
"okay"
dengan santai dan gemulai saya gak nelfon mas mbong, tapi malah sms (heeehh, dasar wartawan kere pulsa).
mas saya gita, saya dapet kabar dari mas hindra, terus nasib saya gimana donk ini? saya sudah di pbnu?
sms saya dibalas (bukan air tuba....*jayus tingkat tinggi) dengan sebuah panggilan telfon, dari mas yang tidak sombong, mas mbong.
"git kamu sudah di pbnu?"
"sudah mas?"
"yasudah, kamu sekarang kesana, cari tempat perbicaraan dari NU terus kamu tulis laporannya yang lengkap, nama, jabatan, semuanya lengkap. kalo sudah selesai langsung kamu janjian sama Hindra, kamu kasih laporan kamu ke dia biar dia yang nulis beritanya"
*gw magap magap doank*
maka dengan sangat terpakasa gw balas perintah mas mbong dengan 1 kalimat sakti mandraguna "oke"
gw pun dengan sok stay cool padahal ketar ketir, langsung mulai bergerak, cabut chargeran bb, dan mulai move out dari musholla damai dan tentram ini. Di pintu depan seorang ibu dengan rabut putih tapi disasak bagus sekali (yaaa, gak srtinggi sasakannya istrinya ram punjabi atau istrinya hary tanoesoedibyo). dia juga kayaknya mau menghadiri perbincangan yang disebut-sebutkan mas Hindra dan mas mbong. Karena sebagai sesama innocent, jadi ya saya ikutin aja kemana pu beliau pergi.
Detik berganti menit menit bergantii jam, 1 jam 30 menit perbincangan terbuka untuk pers ini selesai. dengan perasaan masih sangat random saya pun move out dari pbnu guna menyusul mas hindra di TEMPO.
Disini saya mengambil beberapa moral value, yaituu.. entahlah saya juga bingung! hanya ada pengalaman dan pengayaan diri bagi saya.
Seselesainya nyamperin mas Hindra ke TEMPO saya naik bus ke slipi again, untuk brifing sebelum pulang sama mas mbong. Brifing selesai pukul 6 dan saya pun pulang, dengan badan pegel dan ngantuk luar biasa. (ngatuk tapi masih bisa nulis blog, dasar goblok!)

Hal yang saya pelajari dari hari ini adalah tentang KETAKUTAN, sebenarnya ketakutan itu hanyalah terjadi dalam bayangan kita, yang dihasilkan dari pencitraan dari orang-orang yang menurut kita significant others sehingga kita mempercayai dan meyakini ketakutan tersebut sebagai suatu kenyataan. Padahal sebenarnya KENYATAAN tidaklah pernah memperlihatkan KETAKUTAN yang pernah tercitra dibenak dan pikiran saya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar